Attention.........!!!!!!!!

Bagi Anggota Blog yang ingin Sign in..
Harap mengunjungi www.blogger.com..

Bagi Pengunjung Blog yang ingin melihat jawaban Pertanyaan..
Harap melihat komentar dari judul Postingan yang anda tanyakan..
Atau klik link nama anggota tim kami yang anda tanyakan..

Bagi yang ingin membaca lengkap postingan Kami..
Silakan klik saja judul postingan yang anda inginkan..

Terima Kasih...

Killims - Forever (SONG)

Get More Songs & Codes at www.stafaband.info

Senin, 11 Januari 2010

teori trafik

Trafik dapat didefinisikan sebagai perpindahan suatu informasi (pulsa, frekuensi, voice, data) dari suatu tempat ke tempat lain melalui suatu media jaringan komunikasi. Trafik dapat pula diartikan sebagai pemindahan yang diukur dengan waktu (lama dan waktu pemakaian), berdasarkan tipe perangkat yang dipakai dari mana kemana dan lainnya. Volume trafik adalah jumlah waktu dari masing - masing pendudukan pada seluruh saluran telekomunikasi.

dimana:

V = Volume trafik

v = panggilan ke 1,2,3,...n

tv = lama waktu pendudukan panggilan ke v

Dengan cara lain, volume trafik dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah panggilan (n) dengan waktu rata-rata pendudukan (mean holding time) (h).

Intensitas trafik (A) adalah jumlah rata – rata waktu pendudukan per satuan waktu atau volume trafik (V) dibagi dengan periode waktu pengamatan (t).

Dapat dilihat bahwa intensitas trafik tidak memiliki satuan, sebagai penghargaan kepada Agner Kraup Erlang yang pertama mempelajari teori trafik, maka ditetapkan satuan intensitas trafik dalam Erlang. Dimana pengertian 1 Erlang adalah rata - rata pendudukan saluran secara terus menerus selama satu jam. Istilah intensitas trafik biasa disebut dengan besar trafik. Sebagai gambaran, apabila besar trafik (intensitas trafik) adalah 25 Erlang, artinya: sebuah saluran diduduki secara terus-menerus selama 25 jam, atau 25 buah saluran diduduki secara terus-menerus selama 1jam atau 10 buah saluran diduduki secara terus-menerus selama 2,5 jam dan sebagainya. Dalam telekomunikasi dikenal 3 (tiga) jenis trafik, yaitu:

1. Trafik yang ditawarkan ke sistem jaringan (offered traffic)

Offered traffic (Ao) adalah trafik yang dapat diolah seandainya kapasitas sistem (jumlah kanal) tidak terbatas. Offered traffic merupakan angka teoritis, tidak dapat diukur tetapi dapat diestimasi dari nilai carried traffic. Offered traffic menunjukkan beban trafik yang harus dilayani (belum tentu semuanya dapat dilayani) oleh sistem.

2. Trafik yang dimuat dalam sistem (carried traffic)

Carried traffic (Ac) adalah intensitas trafik rata - rata yang dapat diolah (menduduki) sejumlah resources di dalam selang waktu t. Carried traffic dapat didefinisikan juga sebagai waktu pendudukan total (total holding time) dari sejumlah panggilan per satuan waktu. Carried traffic adalah intensitas trafik yang dapat diukur.

3. Trafik yang ditolak oleh sistem (rejected traffic)

Rejected traffic (Ar) merupakan selisih antara offered traffic dengan carried traffic. Rejected traffic dapat dikurangi dengan menaikkan kapasitas sistem. Relasi antara carried traffic (Ac), offered traffic (Ao), dan loss traffic (Ar) adalah sebagai berikut: Ao = Ac + Ar.

filter gelombang mikro

Filter merupakan rangkaian yang meloloskan sinyal pada lebar pita frekuensi tertentu dan meredam sinyal pada frekuensi yang tidak dinginkan. Berdasarkan daerah frekuensi yang dilewatkan, filter dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: LPF ( Low Pass Filter ), HPF ( High Pass Filter ), BPF ( Band Pass Filter ) dan BSF / BRF ( Band Stop Filter/ Band Reject Filter )

Suatu filter ideal mempunyai nol rugi-rugi penyisipan (insertion loss) dan group delay yang relatif konstan pada passband, dan redaman yang sangat besar pada stopband. Secara praktis, perancangan sebuah filter sangat menyimpang dari kondisi ideal. Yang terbaik yang dapat terpenuhi adalah untuk mendapatkan sebuah filter yang dapat bekerja dengan cukup baik pada frekuensi yang dibutuhkan. Dalam merancang sebuah filter, persamaan yang dipakai dalam perancangan filter jenis lain pada umumnya menggunakan parameter prototipe LPF (Low Pass Filter), kemudian disintesis dengan pemetaan ke jenis filter yang dirancang dan berberapa parameter yang harus diperhatikan, yaitu: Bandwidth , Frekuensi dan atenuasi pada stop band, Impedansi masukan dan keluaran, Return Loss, Insertion Loss dan Group delay

TIPE FILTER GELOMBANG MIKRO

Pada dasarnya filter dapat dibuat sesuai dengan komponen yang digunakan, dalam hal ini berdasarkan komponen yang digunakan filter dapat digolongkan kedalam 2 jenis yaitu menggunakan komponen diskrit dan komponen terdistribusi.

Filter dengan menggunakan komponen – komponen diskrit biasanya tersusun atas komponen reaktif R ( resistor), L ( Induktor), C (Kapasitor) atau biasa disebut filter pasif dan komponen R,C penguat / Operational Amplifier ( filter aktif).

TERDISTRIBUSI

Filter dengan menggunakan komponen – komponen terdistribusi tersusun atas componen yang berasal dari komponen L,C,R terdistribusi (saluran transmisi). Dalam hal ini beberapa contoh saluran transmisi diantaranya saluran strip, mikrostrip, waveguide, coaxial dan jenis saluran transmisi yang lain.

teori optimasi

Optimasi dilakukan karena ada beberapa alasan yaitu :

· Perubahan lingkungan operasi jaringan: gedung baru, jalan baru, dan tumbuh-tumbuhan baru.

· Perubahan struktur jaringan: Perubahan dalam distribusi BTS dan kapasitas sistem.

· User untuk layanan data dan suara meningkat, sehingga kemampuan jaringan yang ada dapat memburuk.

· Setiap mendapat keluhan dari pelanggan.

· Optimasi perlu dilakukan secara periode.

a. Drop Call

Drop Call adalah pelepasan kanal trafik oleh MS ataupun BTS yang tidak dikehendaki oleh pengguna. Dengan kata lain, drop call merupakan proses pelepasan yang tidak normal. Call Drop Rate adalah suatu parameter perbandingan antara jumlah panggilan yang drop call dengan jumlah seluruh panggilan yang sukses. Itu merupakan salah satu indikator yang penting untuk mengevaluasi sistem CDMA. Analisis drop call berguna untuk mengetahui prinsip dasar drop call serta penyebab drop call. Dan juga untuk membedakan penyebab dari drop call agar dapat memberikan saran-saran untuk mengoptimasi permasalahan tersebut.

b. Prinsip Drop Call

· Hubungan pensinyalan putaran tertutup (closed loop signaling link) S dan MS membutuhkan hubungan pensinyalan putaran tertutup selama panggilan atau jika tidak, akan terjadi drop. Protokol menegaskan beberapa prinsip yang menyebabkan hubungan terputus secara tidak wajar.

· Prinsip drop call di sisi MS

Frame yang buruk pada MS (MS Bad Frames) Apabila MS menerima frame yang buruk selama N2m secara berurutan pada kanal trafik forward, maka itu akan dapat melumpuhkan hubungan. Kemudian, apabila MS menerima frame yang bagus selama N3m secara berurutan, maka MS haruslah dapat melakukan hubungan kembali sebelum terjadi drop call. (N2m = 12, N3m = 2)

Waktu Fade pada MS (MS Fade Timer)

Fade timer haruslah menset kembali untuk T5m detik ketika frameyang bagus selama N3m secara berurutan diterima pada kanal trafikforward. Apabila waktu telah melebihi, maka hubungan MS akan lumpuh dan menganggap MS kehilangan kanal trafik forward. (T5m = 5 detik,N3m = 2)

Tidak ada acknowledgement pada MS (MS no acknowledgement)

Ketika MS tidak menerima acknowledgement dari BS setelah mengirim message, dimana dibutuhkan acknowledgement pada kanal trafik reverse. Hal tersebut akan transmit kembali pada N1m kali. Apabila tidak menerima acknowledgement apapun dalam T1m maka panggilanakan drop. (T1m = 0.4 detik, N1m = 3)

· Prinsip drop call di sisi BS (Base Station)

Frame yang buruk pada BS (BS bad frames)

BS akan menghimpun frame reverse yang bagus dan yang buruk pada board SVM. SDM melepaskan frame reverse yang buruk pada saat frame reverse yang buruk telah mencapai Tair Link Quality Count ×100.

Tidak ada acknowledgement pada BS (BS no acknowledgement) Sama halnya dengan tidak ada acknowledgement pada MS, setelah mentransmisikan message kanal trafik forward BS dimana membutuhkan acknowledgement tanpa ada jawaban dalam waktu 200 mili detik,kemudian apabila tetap tidak ada acknowledgement yang diterima BS untuk ke-9 kalinya maka akan terjadi drop call.

c. contoh kerja pada drop call

1 Contoh Kasus 1

User komplain bahwa selama BTS baru dibuka terdapat banyak drop call.BTS memiliki 3 sektor menggunakan antenna sole-Polarized. Diketahui bahwa cangkupan forward dalam kondisi bagus, tapi daya transmit (Tx) handset tinggi dan dapat dilihat FFER tiba-tiba meningkat sebelum drop call. Hal ini berarti tidak seimbangnya hubungan forward dan reverse, dan kemungkinan hubungan reversenya buruk. Periksa parameter OMC, parameter hubungan sudah benar, lakukanlah frequency-sweep untuk menghilangkan interferensi, pada dasarnya masalahterletak pada demodulasi hubungan arah reverse.

2 Contoh Kasus 2

Drop call banyak bermunculan di dekat rumah sakit, dari hasil tes drive memperlihatkan cangkupan dalam kondisi bagus tapi di jalan kecil. Di sana tiba tiba terdapat FER yang tinggi dan drop call. PN 372 dari BTS A sektor 3 merupakan pilot utama sebelum terjadi dropcall. Handset terus mencari jaringan kembali menuju BTS B, sektor 3, PN 412. Iniberarti terdapat masalah handoff antara BTS A dengan BTS B. Periksa konfigurasi neighbor list, ditemukan bahwa ternyata BTS A dan BTS B bertetanggaan satusama lain. Tapi dalam neighbor list PN 372, PN 412 merupakan yang terakhir.Drop call terjadi di wilayah yang terdapat banyak sinyal pilot. Ketikahandset berbicara, neighbor list menyusun pilot tersebut berjumlah hingga 20neighbor.

d. Prosedur Optimasi Jaringan CDMA

1. Persyaratan analisis

· Memperoleh kebutuhan informasi tentang coverageJangkauan spesifik area optimasi, jangkauan area utama coveragekhususnya daerah informasi dengan kebutuhan data dan suara. Kebutuhanlayanan data dapat berbeda dalam area yang berbeda dan kebutuhan

khusus dapat diperoleh dari operator.

· Memperoleh konfigurasi parameter di setiap site

Contohnya latitude dan longitude, model site, tinggi antenna, orientasisektor, sudut down tilt, nodel antenna dan panjang feeder.

· Memperoleh setting parameter sistem

Termasuk parameter yang berhubungan dengan layanan data, sepertisetting parameter PCF dan PDSN, skema konfigurasi dari jaringan IPaddresses.

· Memperoleh permasalahan jaringan yang tersedia

· Mengkonfirmasi kriteria penerimaan proyek.

· Mengkonfirmasi konfigurasi parameter tes

Seperti batas waktu, kriteria lokasi tes dan rutenya, kebutuhan dalamsetting model panggilan, dan penekanan pada kebutuhan operator dalampenerimaan proyek.


2. Pemilihan prosedur

Analisis dan Optimasi Jaringan CDMA 2000 1x Berdasarkan Parameter KPI OMC BSS

Studi Kasus Operator Indosat Starone BandungMenentukan prosedur praktis berdasarkan pada kebutuhan laporananalisis dan informasi lainnya.


3. Rencana kerja

Membuat rencana kerja berdasarkan prosedur yang telah ditentukan.


4. Memeriksa parameter-parameter wireless

Tujuannya adalah untuk memastikan konfigurasi parameter wirelesspada OMC sudah benar. Hal-hal yang perlu diperiksa :

· Parameter BSC dan cell, khususnya parameter cell

· Parameter yang berhubungan dengan layanan data dan suara

· Ditekankan pada PN offset, ukuran search window, radius cell, ukuranaccess channel search window dan lain-lain.

· Memeriksa parameter wireless dapat dilakukan dengan memeriksapada site tunggal.


5. Memeriksa site tunggal

Bertujuan untuk menjamin semua BTS agar bekerja secara normal, sertamemperiapkan untuk tes optimasi selanjutnya. Hal-hal yang perlu diperiksa :

· Koneksi antenna dan kabel feeder, serta ukuran sudut antenna

· Tes flow panggilan termasuk membuat panggilan, paging call,mengakhiri panggilan, handoff (termasuk softer handoff) dan lain-lain,mengamati pengujian kuat sinyal Tx dan Rx dari handset selama tesberlangsung

· Cek sistem yang sedang berjalan, pastikan tidak ada alarm yangabnormal pada OMC seperti alarm VSWR, alarm power rendah danlain-lain.


6. Tes kalibrasi

· Tes kalibrasi bearer kendaraan

· Tes kalibrasi antenna pada kendaraan

· Tes average penetration loss dari kendaraan

· Tes penetration loss dari gedung


7. Evaluasi pra-optimasi

Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dan memberi nilai agar dapatmengetahui perbedaan antara sebelum optimasi dengan setelah optimasi. Halhalyang perlu dites untuk mengevaluasi suatu jaringan sebelum optimasiantara lain cangkupan dari layanan voice, rasio call completion, rasio dropcall, rasio keberhasilan handoff, delay panggilan, kualitas suara, rasio callcomplation dari layanan data, kecepata rata-rata forward/inverse dan delayaktivasi.

8. Optimasi kluster

Bertujuan untuk mengetahui dan memecahkan permasalahan jaringanyang ada dalam kluster yang berbeda, melakukan partisi suatu jaringan utamaberguna untuk optimasi dan memecahkan permasalahan kembali di setiappartisi. Mempartisi keseluruhan jaringan menjadi kluster-kluster dan biasanyasatu kluster tidak lebih dari 19 BTS.

Hal-hal yang perlu di analisis yaitu :

· Analisis cangkupan link forward dan reverse.

· Analisis cangkupan sinyal pilot

· Analisis polusi sinyal pilot

· Analisis ratio soft handoff

· Analisis daya transmit (Tx) bersebelahan

· Analisis FER link forward dan reverse

· Analisis rasio drop call

· Analisis rasio keberhasilan paging

· Analisis waktu akses

9. Optimasi keseluruhan jaringan

· Tes indicator performansi jaringan wireless

· Analisis hasil tes

· Mencari solusi permasalahan yang sesuai untuk keseluruhan jaringan

· Menilai performansi keseluruhan jaringan setelah optimasi

10. Penerimaan Proyek

Berdasarkan perjanjian kontrak diperlukannya tes penerimaan untukmembenarkan indicator performansi jaringan. Rute tes dan metode harusditentukan berdasarkan kontrak atau perjanjian yang telah didiskusikan padaAnalisis dan Optimasi Jaringan CDMA 2000 1x Berdasarkan Parameter KPI OMC BSSStudi Kasus Operator Indosat Starone Bandung

tahap analisis persyaratan. Biasanya pihak pelanggan ataupun operatormeminta untuk terlibat dalam pengetesan.

11. Pengarsipan data

Data yang berhubungan dengan optimasi jaringan sebaiknya diarsipkansetelah penerimaan proyek.

e. Metode Pengetesan

1. Tes Drive

· Jangkauan rute tes haruslah sesuai yang direncanakan.

· Jangan menyelidiki kembali jalan yang sudah dilalui selama test driveberlangsung.

· Melewati kluster yang berbeda pada area cangkupan.

· Melewati seluruh cangkupan area yang sudah ditentukan.

· Pertahankan pada kecepatan yang sama (30-50 km/jam).

· Drive test sebaiknya dilakukan pada saat jam sibuk.

2. Pengumpulan data dari OMC BSS

· Laporan sebaiknya berisikan hasil KPI yang didapat sesuai pada target KPI

masing-masing.

· Apabila ada beberapa KPI yang tidak mencapai target maka perusahaan

yang menangani optimasi harus dapat mengklarifikasikan hal tersebut

secara rinci.

· Urutan perubahan parameter OMC harus dicantumkan.

power combiner

Power divider/combiner merupakan komponen pasif mikrowave yang digunakan untuk membagi atau menggabung daya, karena baik port input maupun port outputnya match, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.1. Dengan kata lain, power divider berfungsi sebagai reciprocal passive device, yang dapat digunakan sebagai power combiner. Dalam membagi daya, sebuah input sinyal dibagi oleh power divider/combiner menjadi dua atau lebih sinyal dengan daya yang lebih kecil.

Struktur Divider/Combiner

Jumlah perangkat yang digabung untuk tipe struktur combiner/divider ini adalah biner. Ini berarti bahwa perangkat yang dipakai harus sama dengan 2N. Tipe ini disebut juga tree/corporate structure.

Wilkinson Power Combiner / Divider

Wilkinson power divider berfungsi membagi sinyal masukan menjadi beberapa sinyal keluaran dengan fasa yang sama. Prinsip utamanya adalah menyediakan isolasi tinggi antar output, dengan membatasi efek dari refleksi sinyal, karena lossless reciprocal, three-port network tidak mempunyai port-port yang secara simultan match. Wilkinson menambahkan sebuah resistor untuk mengupayakan port output match dan secara penuh mengisolasi port 2 dari port 3 pada frekuensi tengah (fc). Keuntungannya adalah resistor tidak menimbulkan resistive loss pada power divider/combiner, sehingga idealnya Wilkinson divider memiliki efisiensi 100%.

Jenis power divider ini memiliki empat bagian yang berbeda yaitu sebagai berikut:

1. Input port

2. Quarter-wave transformers

3. Isolation resistors

4. Output ports

Adapun daya yang dibagi sama besar, maka power divider dapat dikatakan power splitter.

Pada bagian ini dijelaskan bagaimana Wilkinson power divider bekerja sebagai pembagi daya. Ketika sebuah sinyal input masuk port 1, dibagi kedalam sinyal keluaran yang memiliki amplitudo dan fasa sama pada port 2 dan 3. Karena tiap ujung ada resistor isolasi antara port 2 dan 3, sehingga tidak ada arus yang mengalir sepanjangnya. Terminasi pada dua port keluaran paralel terhadap input, sehingga harus ditransformasikan menjadi 2Z0 pada masing-masing port input untuk dikombinasikan ke Z0. Transformer λ/4 digunakan dalam rangkaian ini untuk memudahkan kita dalam memahami kondisi match, tanpa quarter-wave transformer, impedansi yang menggabungkan dua keluaran pada port 1 menjadi Z0/2. Impedansi karakteristik saluran quarter-wave harus sama dengan sehingga masukan menjadi match ketika port 2 dan 3 diterminasi Z0.
Salah satu parameter dalam power divider/combiner adalah insertion loss (mendekati 0.2 dB) dan isolasi resistor (s), yang pada umumnya daya rendah antar port keluaran. Sayangnya, pada power divider/combiner, jika terjadi mismatch pada salah satu saluran port output, daya pantul akan terbagi dua dan memisah melalui resistor 100 Ω dan saluran transmisi, sebagian menuju port input dan sebagian lainnya menuju port output yang lain. Sinyal pantul yang menuju port input akan dikembalikan ke dua bagian port output. Sebuah Two-way power divider/combiner ideal, satu sinyal input akan menghasilkan dua sinyal output dengan isolasinya tidak terbatas pada tiap port atau dua sinyal input akan menghasilkan satu sinyal output, sehingga pembagian daya input terhadap output terjadi tanpa mengalami kebocoran sinyal yang tidak dikehendaki antar port. Akan tetapi kenyataannya, isolasi dibatasi oleh jenis-jenis nilai komponen, toleransi manufaktur dan faktor lainnya. Isolasi tinggi merupakan ukuran kualitas tinggi dari power divider/combiner, secara spesifik idealnya >20dB. Seperti insertion loss dan nilai isolasi power divider/combiner akan berbeda berdasarkan frekuensi, dan nilainya akan menurun ketika frekuensi dinaikkan.

Perhitungan Impedansi Rangkaian Power Combiner / Divider Wilkinson

Hal pertama yang dilakukan adalah membuat rangkaian pada gambar 2.6a. menjadi simetris.dengan kesimetrisan ini nantinya akan dibuat mode even (genap) dan odd (ganjil) yang masing-masing dapat digunakan untuk menentukan besar dari impedansi saluran transformer λ/4 dan resistor internal.

Pada mode even, besar Vg1 = Vg2 = V. Sehingga V1 = V2 yang berarti tidak ada arus yang mengalir melalui resistor r/2. Sehingga kita dapat memisah rangkaian dengan open circuit menggantikan keduanya. Dari rangkaian di bawah terlihat dapat ditentukan besar dari impedansi saluran transformer 4/λ yang digunakan dengan melihat Zin pada port 2, dimana 2Tin0ZZ=2Z. Agar penyaluran daya maksimal maka harus dibuat match yaitu Zin = Z 0 sehingga didapatkan ZT = Z02

Pada mode Odd, besar Vg1 = -Vg2. Sehingga V1 = -V2, hal ini mengakibatkan tegangan bernilai null di tengah-tengah rangkaian. Sehingga dapat diganti dengan grounding. Jika dilihat dari titik 2 agar terjadi kondisi match, maka Zin dibuat sama dengan Z0. Pada ttik 1 terlihat saluran transformer λ/4 terhubung ke ground yang berarti pula ujung saluran transformer λ/4 adalah short circuit. Maka besar impedansi di ujung lain dari saluran transformer λ/4 adalah ∞ atau dapat dianggap sebagai open circuit. Dari analisa tersebut didapat Zin = r/2 = Z0.Dari hasil terakhir tersebut didapat besar resistansi internal yang digunakan adalah : r = 2Z0

steganografi pada video

Frame-frame gambar dimanfaatkan untuk steganografi pada AVI full frames ini. Lebih tepatnya data disisipkan pada frame. Berikut ini langkah-langkah menerapkan teknik steganografi pada video:

1. Dari Video, diambil frame gambarnya

2. frame-frame gambar disusun memanjang ke bawah dari frame satu sampe frame akhir

(seolah-olah menjadi satu image).

3. hitung E(l) dengan l(c) adalah ukuran dari frame-frame yang telah disusun pada langkah 2.

4. data disisipkan pada image yang diperoleh pada langkah 2 dengan menggunakan

metoda SSB-4

5. setelah data sisipkan maka frame-frame yang disatukan pada langkah 2 dikembalikan

lagi menjadi blok-blok frame.

6. blok-blok frame di kembalikan ke video

Penilaian Kualitas Video Steganografi

Video yang sudah disisipi dengan data rahasia pastilah tidak sama dengan video aslinya dan mengalami penurunan kualitas. Di sini akan diperhitungkan tingkat perubahan yang terjadi dan seberapa besar kerusakan (error) yang ditimbulkan. Dan salah satu syarat steganografi adalah transparansi, yang artinya kualitas citra antara yang sudah disisipi dan yang asli harus tidak jauh berbeda. Untuk menentukan dan menilai apakah objek stego itu mampu menyembunyikan pesan yang dikandungnya sehingga transparan atau tidak, ada beberapa kriteria yang dipakai, yaitu : kriteria obyektif dan kriteria subyektif.

Kriteria Obyektif

Penilaian kriteris ini didasarkan pada perhitungan matematis dengan menggunakan beberapa parameter seperti dibawah ini :

1. Mean Square Error (RMSE)

Mean Square Error adalah parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kesalahan pada citra-stego.

2. Peak Signal to Noise Ratio (PSNR)

Peak Signal to Noise Ratio adalah nilai yang menyatakan tingkat noise atas citra yang telah disisipi pesan.

Kriteria Subyektif

Kriteria ini ditentukan berdasarkan hasil pengamatan mata manusia. Penilaian didasarkan atas karakteristik pengamatan manusia (Human Visual System).

PERTANYAAN PRESENTASI WAJANBOLIC:

PERTANYAAN PRESENTASI WAJANBOLIC:

1. Q: Apakah besar kecilnya wajan berpengaruh? (Nofriyanto 41408010024)
A: Iya, semakin besar diameter wajan akan semakin memperkuat penerimaan sinyal,biasanya wajan yang digunakan berdiameter 36".

2.Q:Kerugian Wajanbolic? (Acong 41407010008)
A:terbilang mahal; jarang ditemukan (ada di BEC & Mangga 2); sering terjadi Power Loss (USB sering sulit di detect); USB Adapter memerlukan arus tinggi dari Port USB & transfer data kabel UTP + kabel USB biasa lambat; perlu penyambungan kabel dari kabel USB ke UTP; persentase keberhasilan 50%; terkadang perlunya menset usb 2.0 menjadi usb 1.0 untuk sinkronisasi.

3.Q:Jaringannya asalnya darimana? (Popay elektro 2007)
A:Dengan menggunakan wajanbolic sebenarnya jaringannya bisa dibilang kita menyedot di jaringan sekitar kita, karena penggunaan wajanbolic adalah diarahnkan ke pemancar internet yang ada di dekat kita.

4.Q:Penanggulangan terhadap cuaca? (Yohanes P.U 41408010003)
A:tergantung penempata, apabila kita menempatkannya diatas kita harus siap dengan resiko wajanbolic tersambar petir, dan untuk USB pemancarnya harus dilindungi dengan pipa pralon 3 inch.

5.Q:Bagaimana dengan biaya pembuatan? (Ahmad Muzzany 41408010015)
A:Wajan bolic merupakan teknologi murah, umumnya menghabiskan biaya sekitar 200ribuan.

H.264 MPEG-4 Part 10 (Video Codec)

Tujuan pengembangan H.264/AVC adalah untuk membuat suatu standar video digital yang dapat menghasilkan kualitas video yang baik pada bitrate yang lebih kecil di bandingkan dengan standar video digital sebelumnya (MPEG-2 / 3 – 15 Mbps, H.263, maupun MPEG-4 part-2) tanpa harus melakukan perubahan yang kompleks dan dapat diimplementasikan dengan biaya yang murah. Tujuan lain dari pengembangan H.264 adalah dapat di gunakan dalam berbagai macam aplikasi seperti video broadcast, DVB strorage, RTP/IP packet networks, dan ITU-T multimedia telephony systems. H.264 (MPEG-4 part 10) atau lebih di kenal dengan Advance Video Coding (AVC) merupakan sebuah codec video digital yang memiliki keunggulan dalam rasio kompresi (tingkat kompresi yang tinggi) dengan memanfaatkan metoda blok transformasi adaptif yang efektif. H.264 di kembangkan oleh ITU-T video coding expert group (VCEG) bersama-sama dengan ISO/IEC moving picture expert group (MPEG) yang dinamakan joint video team (JVC).


Struktur Video


Struktur video H.264 serupa dengan MPEG-4 karena struktur tersebut di kembangkan berdasarkan MPEG-4, H.264 memiliki beberapa bagian yaitu GOP, slice, macroblock dan block. Hanya saja terdapat beberapa perbedaan yang merupakan penyempurnaan dari MPEG-4 yang salah satunya adalah ukuran blok yang lebih kecil yaitu 4×4.


Berikut pengertian dari istilah kata-kata di atas:


1. Video sequence, diawali dengan sequnce header, berisi satu group gambar atau lebih, diakhiri dengan code end-of-sequence


2. GOP (Group Of Pictures), sebuah header dan rangkaian satu gambar atau lebih.


3. Picture, primary coding unit dari video sequence, merepresentasikan nilai luminance (Y) n2 chrominance (Cb dan Cr)


4. Slice, satu atau lebih macroblock, untuk urutannya dari kiri ke kanan dan atas ke bawah dan ini penting untuk error handling, bila terjadi error maka akan di skip ke slince berikutnya.


5. Macroblock, basic coding unit pada algoritma MPEG 16×16 pixel segment dalam sebuah frame, macroblock terdiri dari 4 luminance, 1 Cr dan 1 Cb.


6. Block, coding unit terkecil pada algoritma MPEG 8×8 pixel, dapat berupa salah satu dari luminance rec chrominance, atau blue chrominance.


Profile dan level


H.264/AVC memiliki tiga profile yaitu:



1. Baseline profile (untuk video conference dan aplikasi wireless). Hanya mendukung I-Picture dan P-Picture (tidak mendukung B-Picture). Mendukung in-loop deblocking filter. 1/4 sample motion-compensation. Mendukung ukuran block sampai dengan 4×4. Mendukung adaptive frame/field. CAVLC (VLC-based entropy coding).


2. Main profile (digunakan untuk layanan broadcast). Mendukung semua fitur baseline-profile kecuali penambahan fitur error resilience. Mendukung B- picture. CABAC (context-adaptive binary arithmetic coding). Mendukung interlaced picture. Menggunakan MB-level pada saat pergantian frame atau field. Prediksi P-picture dan B-picture secara adaptive.



3. Extended Profile (digunakan dalam aplikasi streaming). Mendukung semua fitur baseline-profile. Mendukung B-picture. Mendukung error resilience. Mendukung pergantian frame/field dengan SP/SI.


Setiap level memiliki batas atas nilai dari ukuran gambar (dalam macroblock), rata-rata waktu proses decode (dalam macroblock perdetik), ukuran multipicture buffer, bitrate video, dan ukuran buffer video.


Kompresi intraframe.


Memanfaatkan redundansi spasial yang terdapat dalam satu frame. ada beberapa metode kompresi intraframe yaitu:


1. Sub Sampling. Hal ini merupakan dasar dari kebanyakan kompresi images atau video, metode ini mengupayakan untuk mengurangi jumlah bit untuk merepresentasikan suatu image. Subsampling dapat dilakukan dengan dua cara : Pertama, dengan mengambil piksel-piksel pada baris dan kolom ganjil saja. Kedua, dengan mengambil rata-rata dari sekolompok piksel dan menggunakan nilai tersebut sebagai ganti kelompok piksel. Cara ini lebih kompleks, tetapi menghasilkan kualitas yang lebih baik.


2. Pengurangan Kedalaman Bit. Metode ini dilakukan dengan mengurangi jumlah bit yang digunakan untuk merepresentasikan suatu piksel misalnya dari 16 bit atau piksel diturunkan menjadi 8 bit atau piksel. Dengan konsekuensi akan menurunkan kualitas video dibandingkan video sebelumnya.



3. Transform Coding. Metode yang lain digunakan dalam kompresi intraframe adalah mentransformasikan data dari domain ruang ke dalam domain frekuensi. Cara ini menghasilkan data yang lebih mudah diproses untuk kompresi lebih lanjut. Transformasi yang popular digunakan misalnya Discrete Cosine Transform (DCT )



dan Wavelet. Proses transformasi dan kuantisasi yang bersifat lossy, serta pengkodean yang bersifat lossless. Kemudian dilanjutkan dengan kuantisasi yang mana digunakan untuk memotong hasil transformasi. Proses selanjutnya dalam pengkodean dengan menggunakan Run Legth Encoding (RLE) dan Variabel Length Coding (VLC). Prinsip dasarnya yaitu untuk melakukan proses transformasi dari domain ruang ke domain frekuansi. Dengan menggunakan transformasi ini maka data vital akan terkumpul pada frekuensi DC. Dengan adanya transformasi ini sangatlah menguntungkan untuk kompresi data, karena pada domain frekuensi inilah di peroleh sifat-sifat yang mendukung serangkaian proses selanjutnya. Masukan proses DCT berupa matriks data dua dimensi N x N dan pada proses dekomposisi untuk mentransformasikan kembali data dari domain frekuaensi ke domain ruang menggunakan Inverse Discrite Cosine Trasnsform (IDCT).


4. Kuantisasi. Prinsip dasar dari kuantisasi yaitu bertujuan untuk mengurangi jumlah bit yang diperlukan untuk menyimpan suatu nilai dengan cara membaginya dengan nilai yang ditentukan dalam matrik kuantisasi. H.264 menggunakan skalar kuantisasi. Ada 52 kuantisasi step standar yang digunakan di H264 yang ditandai dengan kuantisasi parameter (QP). Setiap kuantisasi step berhubungan dengan kuantisasi parameter (QP).



5. RLE (Run length encoding) adalah proses serangkaian simbol yang berurutan dikodekan menjadi suatu kode yang yang terdiri dari symbol tersebut dan jumlah perulangannya. Hasil dari proses transformasi yang dikuantisasi cenderung nol untuk frekuensi tinggi. Untuk melakukan RLE secara efektif, keluaran proses kuantisasi tadi dibaca secara linier dari frekuensi rendah sampai tinggi. Cara yang digunakan adalah cara zig-zag dimulai dari koefisien DC (0.0) kemudian koefisien DC (0.1) dan seterusnya.


6. Entropy coding. Proses mengkodekan tiap piksel tertentu yang mempunyai panjang yang berbeda. Teknik algoritmik yang digunakan berbeda antara proses pengkodean satu dengan yang lainya. H.264 menggunakan CABAC (Context-based Adaptive Binary Arithmetic Coding) atau CAVLC (Context Based Adaptive Variable Length Coding).


Kompresi interframe


Kompresi yang mana menggunakan redudansi temporal yang terdapat dalam sekelompok frame yang di antaranya sebagai berikut:



1. Subsamping. Yaitu dengan cara mengurangi laju fame data video. Pengukuran itu dilakukan dengan hanya menggunakan frame tertentu saja.


2. Difference coding. Metode fram ini di bagi menjadi beberapa block yang tidak tumpang tindih, tiap block tersebut di bandingkan dengan block yang bersesuaian pada frame yang sebelumnya, hanya block yang mengalami perubahan signifikan saja yang disimpan.



3. Motion Compensation. Metode ini juga menggunakan pembagian block yang sama, namun block tersebut di bandingkan dengan frame yang sebelumnya, hingga ditemukan block yang paling mirip. Perbedaan lokasi antara block tersebut dengan block yang mirip pada frame yang sebelumnya disebut vektor gerak (motion vector). Metode ini efektif karena hanya vector gerak saja yang disimpan atau ditrasmisikan.


Ogg Theora9


Ogg Theora adalah sebuah codec video sedang dikembangkan oleh Xiph.org Foundation sebagai bagian dari projek Ogg mereka. Dibuat berdasarkan teknologi On2 codec VP3, dan Ogg Theora ditujukan untuk bersaing dengan video MPEG-4 (seperti, XviD dan DivX), RealVideo, Windows Media Video, dan skema kompresi video bitrate-rendah lainnya. Meskipun VP3 merupakan teknologi yang dipatenkan, namun On2 telah memberikan lisensi bebas-royalti untuk paten VP3 untuk seluruh manusia, membuat Ogg Theora dapat digunakan untuk kepentingan publik dan codec turunan-VP3 lainnya untuk tujuan apa pun. Ogg Theora merupakan superset dari VP3, jadi VP3 stream (dengan sedikit modifikasi syntag) bisa dibuat menjadi Ogg Theora stream tanpa recompression (tapi tidak bisa sebaliknya).


Perubahan yang besar dari VP3 ke Ogg Theora yaitu bersifat structural, VP3 seperti codec sekarang kebanyakan, membuat asumsi pasti tentang material yang akan dikompres. Asumsi ini membutuhkan bentuk dari sejumlah tetap nilai numericnya, seperti matrik kuantisasi, yang mengontrol bagaimana sinyal pada komponen dengan frekuensi yang berbeda bisa ditangani, dan tabel token frekuensi, yang mengontrol efisiensi post-transform pada lossless coding. Pada Ogg Theora terdapat pengangkatan dari sisi fleksibilitas intrinsic dari Ogg multimedia framework sehingga memperbolehkan encoder untuk memodifikasi nilai ini dengan tepat pada material tersebut. Pendekatan yang simpel dan sangat kuat telah dibuktikan secara efektif pada Vorbis, dan akan memperbolehkan untuk optimasi encoder dengan cycle yang leih panjang tanpa perlu pate pada sisi client.



Ogg Theora sebenarnya lebih banyak digunakan daripada yang orang tahu, browser Mozilla Firefox dan Opera akan langsung support dengan codec ini, dan Wikipedia menggunakan Ogg Theora untuk semua aplikasi videonya, digunakan karena betul-betul open source. Ogg Theora (dan semua teknologi yang termasuk keluaran oleh Xiph.org) dikeluarkan ke publik dengan lisensi BSD. Ini sepenuhnya gratis untuk penggunan secara komersial maupun non-komersial.

VPN

Dalam dunia IT networking, istilah virtual yang berarti tidak memiliki wujud atau phisik yang sebenarnya di antara link di kedua jaringan tersebut, tetapi menggunakan jaringan yang telah ada dan juga digunakan secara bersama. Demikian pula dengan istilah private yang berarti pribadi dalam membentuk suatu koneksi di antara dua jaringan atau lebih. Pada teknologi jaringan komputer tradisional untuk menghubungkan suatu jaringan komputer dengan jaringan komputer lain yang berbeda tempatnya akan digunakan dedicated-line atau leased-line, dimana akses seseorang akan menjadi sangat terbatas dan tidak dapat melakukan pekerjaan secara remote.



Teknologi ini memang tidak mendukung seseorang yang memiliki pekerjaan secara mobile yang memerlukan akses data dimana saja dan kapan saja, sehingga solusi yang dapat diberikan disini adalah dengan menyediakan modem sebagai fasilitas dial-up. Sedangkan pada teknologi VPN yang secara umum merupakan suatu teknologi yang memungkinkan seseorang terkoneksi ke jaringan lokal melalui jaringan komputer publik dan membentuk suatu jaringan pribadi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan hak dan pengaturan yang sama seperti ketika berada di kantor. Prinsip kerja layanan VPN seperti yang diilustrasikan dalam gambar berikut:



VPN dapat dibentuk dengan menggunakan teknologi tunneling dan encryption yang didasarkan pada suatu proses akses secara remote yang digunakan untuk mendapatkan koneksi ke jaringan dengan tujuan tertentu, baik itu ke jaringan publik atau internet, intranet maupun extranet, dimana koneksi tersebut dapat terjadi pada semua lapisan atau layer OSI dan dapat menggunakan media apa saja. VPN saat ini biasanya digunakan sebagai Intranet VPN dan Extranet VPN. Dalam Intranet VPN, koneksi VPN akan membentuk suatu private link yang menuju ke jaringan lokal melalui jaringan publik internet, sehingga kita dapat langsung mengakses data-data yang diperlukan dari manapun. Sedangkan extranet VPN biasanya diperuntukan bagi pihak ketiga atau mitra kerja suatu perusahaan yang memang memiliki kepentingan dan diberi hak untuk mengakses data di jaringan lokal.

Cognitive Radio

Cognitive radio adalah suatu sistem komunikasi nirkabel cerdas yang dapat menyadari kondisi lingkungan radionya, dan menggunakan metodologi pemahaman dengan mempelajari dari kondisi lingkungan radionya danberadaptasi dari kondisi internalnya terhadap variasi statistic pada lingkungan RF-nya dengan membuat perubahan terhadap parameter yang telah disesuaikan, seperti daya pancar, frekuensi pembawa, dan strategi modulasi, dalam kondisi real time, dengan dua tujuan yaitu :

1. Komunikasi yang reliable

2. Effisiensi penggunaan dalam spektrum radio.

Cognitive radio, system merasakan pada kanal nirkabel dan menentukan pada domain waktu dan domain frekuensi , bagian spektrum mana yang tidak terpakai. Sistem hanya mengirimkan sinyal pada saat spektrum benerbener tidak terpakai oleh user lain. Cognitive radio tidak perlu menunggu kanal idle untuk memulai suatu transmisi, karena cognitive radio akan merasakan kondisi kanal, jika dirasakan idle, maka akan diproses dengan model kanal cognitive radio tradisional, yaitu pengiriman sinyal pada spektrum yang kosong akan tetapi, jika dirasakan ada pengirim lain, radio akan memutuskan untuk memproses dengan transmisi yang simultan.

Additive White Gaussian Noise (AWGN)

Pada kanal transmisi selalu terdapat penambahan derau yang timbul karena akumulasi derau termal dari perangkat pemancar, kanal transmisi, dan perangkat penerima. Derau yangmenyertai sinyal pada sisi penerima dapat didekati dengan model matematis statistik AWGN. Derau AWGN merupakan gangguan yang bersifat Additive atau ditambahkan terhadap sinyal transmisi,dimodelkan dalam pola distribusi acak Gaussian dengan mean (m) = 0, standar deviasi (σ) = 1, power spectral density (pdf) = No/2 (W/Hz), dan mempunyai rapat spektral daya yang tersebar merata pada lebar pita frekuensi tak berhingga. Distribusi AWGN dengan pdf :



dimana: p(x) = probabilitas kemunculan derau

σ = standar deviasi

m = rataan (mean)

x = variable (tegangan atau daya sinyal)


AWGN merupakan model kanal sederhana dan umum dalam suatu sistem komunikasi. Model kanal ini dapat digambarkan seperti berikut:



Jika sinyal yang kirim STx(t), pada kanal akan dipengaruhi oleh derau n(t) sehingga sinyal yang diterima menjadi: SRx(t) = STx(t) + n(t), 0 ≤ t ≤ T

Noise

Noise dan Metode Penanggulangannya


Noise adalah sinyal tidak dikehendaki yang secara alamiah terdapat pada semua jenis sistem. Pada sistem audio, terdapat banyak sumber noise yang dapat mengganggu output ideal dari sistem audio tersebut. Noise yang mungkin terjadi pada sistem audio adalah noise akustik, noise audio dan noise elektrik. Noise akustik adalah suara yang berasal dari sumber lain di sekitar sistem tersebut, seperti suara dering telepon atau suara deru kendaraan yang melintas. Noise audio adalah suara residu (umumnya berupa dengung atau desis) yang terdengar pada jeda diam dari suatu media penyimpan audio. Sedangkan noise elektrik atau thermal noise adalah suara yang dihasilkan karena naiknya suhu dari komponen elektronik yang terdapat pada sistem. Berbagai macam metode digunakan untuk dapat mengatasi noise agar sistem dapat memberikan output yang lebih baik kualitasnya. Secara garis besar, penanggulangan noise terbagi menjadi passive noise control dan active noise control. Passive noise control adalah upaya penanggulangan noise menggunakan komponen yang tidak memerlukan daya. Umumnya passive noise control menggunakan bahan-bahan kedap suara yang berperan sebagai insulasi terhadap noise. Bahan-bahan insulasi tersebut umum untuk ditemui pada studio rekaman. Dengan adanya insulasi dari bahan-bahan tersebut, umumnya ambience dan reverberation dapat dihilangkan. Hal ini dikarenakan pantulan suara, sumber dari ambience dan reverberation, terserap oleh bahanbahan insulasi tersebut. Active noise control adalah upaya penanggulangan noise menggunakan komponen yang memerlukan daya. Berbeda dengan metode passive noise control, metode active noise control mengatasi noise dengan cara memanipulasi sumber audio atau noise. Metode active noise control yang umum digunakan antara lain adalah metode penyesuaian gain, metode noise cancellation dan metode noise reduction. Salah satu perangkat yang menggunakan metode ini adalah noise reduction headphones.


Penyesuaian Gain

Suara yang besar menutupi suara yang lebih kecil. Inilah prinsip dasar dari metode peningkatan gain. Peningkatan gain adalah metode yang paling umum digunakan dalam mengatasi noise. Pada metode ini, nilai daya yang dikeluarkan oleh sumber audio disesuaikan sehingga menghasilkan suara yang lebih keras. Diharapkan peningkatan daya tersebut dapat menutupi noise yang umumnya memiliki daya konstan dan cenderung lemah. Keunggulan metode ini adalah kemudahannya untuk diaplikasikan pada sistem yang ada. Hampir semua sistem audio memiliki fitur pengaturan gain yang biasanya dikenal sebagai kontrol volume audio. Sedangkan kekurangan utamanya adalah tidak adanya kemampuan adaptif dalam menghadapi noise yang tidak bernilai konstan sehingga umumnya kontrol volume dioperasikan secara manual oleh user. Kekurangan ini dapat diatasi dengan otomasi proses peningkatan gain.


Noise Reduction

Noise pada umumnya berada di daerah suara yang spesifik. Desis berada pada frekuensi tinggi, sedangkan derau dan dengung berada pada frekuensi rendah. Inilah prinsip yang mendasari metode noise reduction. Melalui berbagai teknik pengolahan sinyal, sinyal dapat dipecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Setelah proses pemecahan tersebut, dilakukan penghapusan pada beberapa bagian dari sinyal tersebut yang menduduki daerah frekuensi yang dianggap sebagai noise. Dari pengurangan inilah metode ini mendapatkan namanya.

Televisi Satelit

Televisi satelit pada dasarnya ditujukan kepada penggunaan satelit untuk menyiarkan program TV dari broadcasting centre ke daerah geografis yang besar. Televisi satelit menggunakan satelit GEO sebagai point – to- multipoint repeater yang menerima beberapa siaran televisi dari broadcasting centre (uplink) dan mengirimkan kembali (downlink) ke operator TV kabel, home dish dan lain – lain, yang letaknya didalam footprint satelit itu sendiri. Satelit dapat menyediakan acara TV secara langsung dari satelit ke pengguna (DTH television) atau secara tidak langsung dengan bantuan jaringan kabel atau jaringan broadcast teresterial, dimana satelit memberikan sinyal ke sentral operator dan mengirimkan kembali kepada pengguna yang menggunakan jaringan kabel atau melalui jaringan broadcast teresterial. Untuk layanan DTH yang termasuk kategori receive – only, antena receiver ditempatkan di pengguna untuk menerima acara TV secara langsung dari satelit.


Direct-to-Home Satellite Television


Direct-to-Home (DTH) Satellite Television ditujukan untuk penerimaan ecara langsung program atau siaran TV satelit oleh pengguna langsung darisatelit ke pengguna (pesawat televisi) melalui antena penerima yang mereka miliki sendiri. Layanan DTH dapat diklasifikasikan ke dalam 2 jenis yaitu Television receive-only (TVRO) dan layanan Direct Broadcast Satellite (DBS), tergantung pada band frekuensi yang disediakan dan ukuran dari antenna penerimanya. TVRO bekerja pada frekuensi C-Band dan DBS bekerja pada frekuensi Ku-Band. Gambar konfigurasi DTH dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Direct Broadcast Satellite (DBS) Service


Direct Broadcasting Satellite (DBS) Service adalah suatu layanan yang menggunakan satelit untuk memancarkan bermacam-macam kanal dari program televisi satelit agar langsung diterima pesawat televisi (melalui antenna). Seluruh acara televisi satelit dikompres secara digital pada broadcasting centre untuk ditransmisikan ke satelit DBS yang selanjutnya satelit ini akan memancarkan kembali siaran yang diterimanya ke bumi sehingga bisa ditangkap langsung oleh home dish yang berada dalam coverage – nya.

Channel Coding

Pada suatu sistem komunikasi terutama komunikasi digital, keakuratan antara informasi yang dikirimkan dari sumber dengan data yang diterima di tujuan idealnya harus sama. Namun pada kenyataanya, kondisi ini tidak mutlak terjadi karena adanya pengaruh interferensi dan noise yang terjadi dalam kanal transmisi. Kerusakan pada informasi yang dikirim tersebut dapat diatasi dengan adanya sistem pengkodean. Sistem komunikasi digital melalui proses sebagai berikut :



Salah satu keunggulan dari sebuah sistem komunikasi digital dibandingkan dengan sistem komunikasi analog adalah terletak pada ketahanan sistem tersebut terhadap noise. Sinyal yang terkena noise dapat direkontruksi dengan memanfaatkan threshold dari masing–masing kondisi. Sedangkan dengan adanya sistem pengkodean, pengaruh noise dari luar terhadap sinyal terkode yang akan ditransmisikan dapat dikurangi begitu pula dengan error yang terjadi dapat dideteksi dan dikoreksi. Channel coding dilakukan untuk menambah performansi bit data yang akan dikirimkan. Dalam proses channel coding, dilakukan deteksi dan koreksi terhadap error yang terjadi selama pengiriman data. Dua tipe pengkodean yang sering digunakan yaitu : block code dan convolutional code. Cyclic code merupakan bagian dari linear block code.

Direct Sequence Code Division Multiple Access (DS-CDMA)

Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan suatu teknik multiple access yang mengijinkan banyak user mentransmisikan informasi dalam bandwidth yang sama secara terus-menerus. Setiap user diberikan suatu pseudorandom code yang saling orthogonal untuk meminimalisasi multiple access interference (MAI). Hanya receiver tujuan yang memiliki replika kode yang sama dengan yang dikirimkan oleh transmitter dan menggunakannya untuk mendapatkan informasi yang dikirimkan.



Dalam sistem Direct Sequence CDMA (DS-CDMA), bandwidth dari sinyal informasi dilebarkan dengan mengalikan sinyal dengan pseudo-random atau dalam sistem spread spectrum (Gambar 2.1) dikenal dengan sebutan pseudonoise (PN), yang memiliki bandwidth jauh lebih lebar dari pada sinyal informasi. Dalam DS-CDMA, setiap user memiliki PN sequence yang dibangkitkan secara unik dan orthogonal atau bisa dikatakan memilki cross-corelation yang tepat, sehingga penerima dapat membedakan setiap sinyal dari user yang berbeda. Dengan begitu, berbagai user dapat memancarkan secara serentak dengan menggunakan bandwidth yang sama . Saat melewati kanal radio, terdapat banyak pantulan dan hamburan sinyal yang disebabkan oleh objek yang terdapat pada lingkungan propagasi. Efek dari kanal ini disebut dispersive multipath propagation, dimana efek tersebut dapat menyebabkan hancurnya orthogonalitas diantara kode penebar sehingga nilai cross-corelation antara user meningkat dan mengakibatkan munculnya intersymbol interference (ISI) yang menyebabkan menurunnya performansi sistem.

Sensor Gas

Sudah semakin banyak di pasaran telah beredar pengindra gas semikonduktor dari jepang dengan harga yang bermacam-macam dari yang murah sampai yang mahal dan mudah diperoleh untuk pendeteksi gas berbahaya. Tentunya dibedakan oleh sensitivnya sensor tersebut, semakin mahal sensor maka sensitivitasnya semakin bagus.Pengindera gas tersebut bekerja dengan semakin tinggi konsentrasi gas maka resistansinya semakin rendah.

Beberapa macam pengindra gas yang beredar di pasaran antara lain adalah


1) dari sensor jenis AF antara lain: AF 30,AF 50, dan AF 56, ketiga tipe sensor tersebut

mempunyai reaksi terhadap daftar gas yang sama yaitu senyawa halogen, alcohol, propane, metan, buton, bensol, dan juga beberapa senyawa zat lemas organic bentuk gas seperti amoniak, lpg, karbon monoksida. Beda diantara ketiganya terletak pada kepekaan dari masing-masing gas. Misalnya AF 30 sangat peka terhadap asap rokok, AF 50 sangat peka terhadap methana dan buton, dan AF 56 sangat peka terhadap LPG.


2) Dari sensor jenis HS antara lain: HS 133 yang sangat peka terhadap LPG dibandingkan dengan gas-gas lainya seperti CO, alkohol, methana, dan asap rokok, HS 134 yang sangat peka terhadap gas CO dibandingkan dengan gas lainnya.



Cara Kerja HS 133


HS 133 mempunyai 6 pin, 4 diantaranya digunakan untuk menangkap sinyal, dan 2 yang lain untuk pemanas. Pencium utama pada rangkaian pendeteksi gas ini adalah sebuah sensor gas HS 133 yang di dalamnya terdapat kawat pemanas (heater) dari bahannichrome yang berbentuk miniatur dengan nilai resistansi nominal 33 ohm, permukaan sensor dilapisi dengan dioxide (SnO2) yang tahan terhadap panas. HS 133 ini sangat peka terhadap lpg dan cara kerjanya sederhana. Jika molekul gas menyentuh permukaan sensor maka satuan resistanssinya akan mengecil sesuai dengan konsentrasi gas. Sebaliknya, jika konsentrasi gas menurun akan diikuti dengan semakin tingginya resistansi maka tegangan keluarannya akan menurun. Dengan demikian perubahan konsentrasi gas dapat mengubah nilai resistansi sensor dan juga akan mempengaruhi tegangan keluarannya juga, perbedaan inilah yang dijadikan acuan bagi pendeteksi gas berebahaya ini.

Teknologi SDH


SDH merupakan hirarki multiplexing yang berbasis pada transmisi sinkron yang telah ditetapkan oleh ITU-T. Dalam dunia telekomunikasi, sejumlah multiplexing sinyal-sinyal dalam transmisi menimbulkan masalah dalam hal pencabangan dan penyisipan (add/drop) yang tidak mudah serta keterbatasan untuk memonitor dan mengendalikan jaringan transmisinya. Hirarki multiplexing SDH dapat dilihat pada Gambar di atas
SDH memiliki dua keuntungan pokok yaitu fleksibilitas yang demikian tinggi dalam hal konfigurasi kanal pada simpul-simpul jaringan dan meningkatkan kemampuan manajemen jaringan baik untuk payload traffic-nya maupun elemenelemen jaringan[5]. Secara bersama-sama, kondisi ini akan memungkinkan jaringannya untuk dikembangkan dari struktur transport yang bersifat pasif pada PDH ke dalam jaringan lain yang secara aktif mentransportasikan dan mengatur informasi. Selain dua keuntungan tersebut, SDH juga memiliki beberapa keuntungan lainnya , diantaranya adalah :

Java Socket

JAVA SOCKET

Sebuah socket merupakan IP Port pada sebuah host mesin yang spesifik. Socket adalah sebuah konsep yang telah berkembang pada paradigma bahasa pemrograman untuk beberapa waktu. Socket pertama kali digunakan pada sistem Unix pada tahun 1970-an dan sekarang socket merupakan standar low-level komunikasi primitif. Sebenarnya ada dua jenis socket, yaitu connection-oriented socket, yang termasuk dalam TCP (Transport Control Protocol), dan connectionless socket, yang berdasar pada UDP (User Datagram Protocol). Jika dianalogikan, komunikasi socket merupakan komunikasi dua arah antar komputer dengan jalur pipa sebagai penghubungnya dan masing-masing pipa tersebut “tertancap” pada sebuah gerbang tertentu yang dinamakan port. Lifetime sebuah socket terdiri atas 3 fase :

a. Creation : inisilisasi untuk membuat sebuah socket

b. Reading and Writing : menerima dan mengirim ke sebuah socket

c. Destruction : menutup/mengakhiri socket


Java menyediakan utilitas yang lengkap untuk pemrograman network yang dibundel dalam package java.net.* dan javax.net.*. Java menyediakan dua buah tipe socket yang berbeda dan sebuah socket spesial untuk berkomunikasi antar node yaitu:

a. TCP sockets (connection -oriented socket) yang diimplementasikan pada kelas java.net.Socket.

b. UDP sockets (connection -less socket) yang diimplentasikan oleh kelas java.net.DatagramSocket.


Dalam koneksi TCP, socket dan server socket adalah dua class yang biasa digunakan. Server Socket merepresentasikan socket yang berada di server yang menunggu dan mendengarkan request dari client untuk segera dilayani. Socket merepresentasikan end point communication antara client dan server. Ketika server menerima request dari client, server akan membuatkan socket baru yang digunakan sebagai komunikasi antara server dan client sehingga server bisa mendengarkan request dari client yang lain lagi. Client juga membuat socket untuk komunikasi dengan server.


Di java TCP socket terdiri 4 tahap dalam membangun sebuah koneksi yaitu :

a. Membuka socket

b. Membuat input data stream

c. Membuat output data stream

d. Menutup/mengakhiri socket


Berikut adalah arsitektur J2ME Generic Connection Framework


Http Connection ada sejak MIDP 1.0, sedangkan Server Socket Connection, UDP Datagram Connection dan Socket Connection merupakan fitur tambahan yang ada pada MIDP 2.0.

Sistem Pakar

Sistem pakar menyelesaikan persoalan-persoalan yang biasanya diselesaikan oleh “pakar” manusia. Sistem pakar merupakan program AI (Artificial Intelligence) yang kompleks. Dalam realisasinya, sistem pakar biasanya menggunakan rule-based system, forward chaining, backward chaining, kombinasi dua di antaranya sebagai dasar program. Adapun ciri-ciri sistem pakar diantaranya adalah :

• Bekerja secara sistematis berdasarkan pengetahuan dan mekanisme tertentu.

• Pengambilan keputusan berdasarkan kaidah-kaidah tertentu dan dapat merespons masukkan user.

• Dapat menalar data-data yang tidak pasti dan memberikan beberapa alas an pemilihan.

• Dikembangkan secara bertahap dan terbatas pada bidang keahlian tertentu saja.

• Outputnya berupa saran atau anjuran.


Beberapa kelebihan dari sistem pakar antara lain :

1.Efisiensi waktu, namun sistem atau orang biasa/awam yang terlibat di dalamnya bekerja layaknya sang pakar.


2. Penyimpanan data-data pengetahuan ke dalam database dengan lengkap dan terpercaya menyebabkan informasi yang dibutuhkan bisa diakses dalam jangka waktu yang cukup lama. Seseorang yang berkonsultasi dengan sistem tersebut seolah-olah berkonsultasi dengan pakar aslinya.


3. Dimungkinkan terjadinya penyatuan kemampuan sistem pakar yang satu dengan yang lainnya, sehingga membuat kualitas hasil lebih meningkat sehingga seolah-olah seorang user berkonsultasi dengan banyak pakar.


4. Efisiensi kerja, karena sistem biaya yang dikeluarkan untuk perancangan, implementasi dan perawatan(maintenance) sistem pakar relatif lebih murah dan tidak mengenal sifat lelah/lupa dll. Hal ini berimbas pada meningkatnya produktivitas dan kinerja perusahaan.


5. Suatu aplikasi sistem pakar dapat diperbanyak dan disebarluaskan dengan mudah dan cepat. Hal ini berarti telah memperbanyak jumlah pakar dan memperluas jangkauan aksesnya.


Kemampuan Sistem Pakar


Syarat sistem pakar menjadi alat bantu yang efektif maka sistem itu harus dapat berinteraksi dengan manusia secara mudah. Untuk menyediakan layanan interaksi ini maka sistem pakar harus memiliki dua kemampuan seperti di bawah ini:


1. Menjelaskan alasan didapatnya hasil. Dalam banyak domain dimana sistem pakar bekerja, manusia tidak akan menerima hasil system kecuali telah diyakinkan oleh akurasi proses penalaran yang memberikan hasil tersebut.


2. Memperoleh pengetahuan baru dan modifikasi pengetahuan lama. Pengetahuan baru ini dapat diperoleh dengan interaksi dengan pakar manusia. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat program mempelajari perilaku pakar dalam mengolah data kasar.


Membangun suatu Sistem Pakar


Bagaimana cara membangun sistem pakar? Sistem pakar biasa dibuat dengan cara melakukan wawancara kepada pakar tertentu dan kemudian hasilnya diterjemahkan ke dalam peraturan-peraturan. Peraturan-peraturan ini kemudian dibuat menjadi suatu kesatuan program yang akan membentuk sistem dasar. Setelah sistem dasar terbentuk maka sistem tersebut harus diperbaiki secara iteratif sehingga memiliki kemampuan mendekati tingkat pakar.


Rule-based System


• User Interface: bagian dimana user bisa melihat dan berinteraksi dengan sistem. Biasanya dalam bentuk display teks ataupun grafik yang interaktif.


• Developer Interface: bagian dimana knowledge engineer mengembangkan sistem, biasanya dalam bentuk pengembangan source code dari sistem.


• Explanation Facility: merupakan subsistem yang bertanggung jawab untuk menyediakan explanation (penjelasan) dari proses reasoning dari sistem.


• External Program: program lain seperti database, algoritma ataupun spreedsheat yang bisa digunakan untuk mendukung system

Konsep Dasar Video Streaming

Streaming adalah sebuah teknologi untuk memaninkan file video atau audio secara langsung ataupun dengan pre-recorder dari sebuah mesin server (web server). Dengan kata lain, file video ataupun audio yang terletak dalam sebuah server dapat secara langsung dijalankan pada UE sesaat setelah ada permintaan dari user, sehingga proses running aplikasi yang didownload berupa waktu yang lama dapat dihindari tanpa harus melakukan proses penyimpanan terlebih dahulu. Saat file video atau audio di stream, akan berbentuk sebuah buffer di komputer client, dan data video - audio tersebut akan bulai di download ke dalam buffer yang telah terbentuk pada mesin client. Dalam waktu sepersekian detik, buffer telah terisi penuh dan secara otomatis file videoaudio dijalankan oleh sistem. Sistem akan membaca informasi dari buffer dan tetap melakukan proses download file, sehingga proses streaming tetap berlangsung ke mesin i.


Real Time Encoding dan Pre-encoded (stored) Video atau Audio


Video atau audio dapat diencode untuk keperluan komunikasi secara real time atau dapat juga di pre-encoded dan disimpan dalam format CD-DVD untuk dijalankan pada saat dibutuhkan. Salah satu aplikasi yang membutuhkan real time encoding adalah videophone dan video conferencing. Sedangkan aplikasi yang membutuhkan pre-encoded antara lain DVD, VCD, yang dikenal dengan penyimpanan secara local atau Video on Demand (VoD), yang penyimpanannya dilakukan secara remote di server yang dikenal dengan video streaming.


Transfer Video via File Download dan Transfer Video via Streaming


Sebuah file video yang akan ditampilkan di user dapat menggunakan dua metode transfer file. Pertama, dengan mendownload file video tersebut dan yang kedua dengan melakukan proses streaming. Kedua metode ini memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Sebuah file video yang diambil dari server dengan cara download tidak dapaat ditampilkan dalam sebuah file video tersebut selesai tersalin ke buffer. Metode ini memerlukan media penyimpanan yang cukup besar dan waktu yang diperlukan untuk proses download cukup lama karena file video biasanya berukuran besar. Metode kedua yang dapat digunakan adalah proses streaming. Metode ini berusaha untuk mengatasi masalah yang terdapat dalam metode download. Ide dasar dari video streaming ini adalah membagi paket video menjadi beberapa bagian, mentransmisikan paket data tersebut, kemudian penerima (receiver) dapat mendecode dan memainkan potongan paket video tersebut tanpa harus menunggu keseluruhan file selesai terkirim ke mesin penerima.

Teknologi Jaringan WiMAX

Broadband Wireless Access (BWA) standar yang saat ini digunakan secara luas adalah standar yang dikeluarkan oleh Institute of Electrical and Electronics Engineering (IEEE). Salah satu produknya adalah standar IEEE 802.16 yang dirancang untuk digunakan sebagai air interface for fixed broadband access system atau dikenal sebagai IEEE Wireless Metropolitan Access Network (Wireless MAN) air interface. Pada perkembangan selanjutnya standar IEEE 802.16 ini dikembangkan menjadi beberapa varian yang setiap variannya memiliki keunggulan masing-masing pada penggunaanya atau kondisi tertentu. Beberapa varian dari standar IEEE 802.16 adalah 802.16a, 802.16rev.d, dan 802.16e untuk komunikasi bergerak. Pengembangan ini dilakukan oleh forum gabungan yang beranggotakan dari seluruh dunia dan disebut WiMAX Forum. Standar IEEE 802.16 adalah teknologi wireless yang bermaksud mengubah dengan cepat industri Broadband Wireless Access. Dengan teknologi BWA dapat memberikan banyak keuntungan dibandingkan dengan menggunakan jaringan kabel. Keuntungan menggunakam BWA antara lain pelayanannya lebih cepat, dapat dengan mudah diaplikasikan di area yang sulit untuk dijangkau wired infrastruktur, menurunkan biaya-biaya instalasi dan pemeliharaan, dan memiliki kemampuan fisik dari wired infrastruktur yang tradisional.

Struktur Dasar Jaringan WiMAX


Secara umum, sistem WiMAX tidak berbeda jauh dengan WLAN. Sistem WiMAX terdiri dari Base Station (BS), Subscriber Station (SS) dan server di belakang BS seperti Network Management System (NMS) serta transport site untuk koneksi ke jaringan.. Untuk Subscriber Station (SS) terletak di lingkungan pelanggan, sedangkan Base Station (BS), NMS dan transport site biasanya satu lokasi dengan jaringan operator. Bagian transport site dapat berupa koneksi dengan jaringan IP berbasis ATM atau Ethernet. Base Station (BS) merupakan perangkat transceiver (transmitter dan receiver) yang biasanya dipasang satu lokasi (colocated) dengan jaringan internet protocol. Dari BS ini akan disambungkan ke beberapa Costumer Premise Equipment (CPE) dengan media interface gelombang radio (RF) yang mengikuti standar WiMAX.. CPE terdiri dari Outdor Unit (ODU) dan Indoor Unit (IDU), perangkat radionya ada yang terpisah dan ada yang terintegrasi dengan antena.



Standar WiMAX



Institute of Electrical and Electronic Engineering (IEEE) mendefinisikan teknologi WiMAX melalui standar 802.16. Standar ini dalam perkembangannya memiliki beberapa varian. Varian yang populer digunakan adalah :


· 802.16

Standar ini mengatur pemanfaatan di band frekuensi 10-66GHz. Aplikasi yang mampu didukung baru sebatas dalam kondisi line of sight (LOS). 802.16 dirancang untuk untuk penggunaan komunikasi tetap atau Fixed Wireless Access (FWA)


· 802.16-2004 (rev d)

Dikeluarkan sebagai revisi dari 802.16 dan 802.16a yang telah ada. Varian 802.16-2004 atau dikenal juga dengan 802.16d ini sudah mempunyai tambahan kemampuan antena diversity dan subchannelization, bekerja pada frekuensi yang lebih rendah yaitu 2-11 GHZ, menggunakan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), mampu untuk kondisi Non Line Of Sight (NLOS). Standar ini juga dirancang untuk penggunaan komunikasi tetap / FWA dan Portable.


· 802.21e

Menggunakan Orthogonal Frequency Division Multi Access (OFDMA) yang memungkinkan akses lebih dari satu pengguna pada waktu yang sama. Standar ini telah di finalisasi di akhir tahun 2005. Berbeda dengan standar sebelumnya, antara standar 802.16d dan 802.16e tidak dapat

dilakukan interoperability sehingga diperlukan perangkat keras tambahan bila ingin mengoperasikan 802.16e pada infrastrusktur yang telah ada sebelumnya. Standar 802.16e ini digunakan untuk komunikasi bergerak sehingga disebut juga Mobile WiMAX.



Quality of Services ( QoS ) pada WiMAX


Medium Access Control (MAC) pada WiMAX dapat menjalankan QoS dengan berbagai kebutuhan bandwidth dan aplikasi yang berbeda. Misalnya aplikasi video dan audio yang membutuhkan waktu yang realtime namun memperbolehkan beberapa eror, atau aplikasi data yang sangat sensitive terhadap error namun factor latency bisa dikesampingkan. Perubahan parameter QoS bisa diminta oleh Subscriber Station (SS) ke Base Station (BS) dengan sambungan masih tetap terjaga. Kemampuan ini memungkinkan WiMAX menjalankan layanan Bandwidth on Demand (BoD) berdasarkan jenisnya, QoS pada 802.16 MAC ini dapat dikelompokkan menjadi empat jenis :


· unsolicited grant service (UGS)

· real time polling (rTPS),

· non real time polling (nrtPS),

· best effort (BE)



Yang memungkinkan penerapan QoS yang sesuai pada WiMAX adalah karena adanya penggunaan dua profile duplex, yaitu TDD dan FDD. Sistem FDD seperti banyak digunakan oleh telepon selular, memerlukan pasangan alokasi kanal frekuensi masing masing untuk DL dan UL. Sistem TDD dapat mengalokasikan bandwidth secara dinamis sesuai dengan kebutuan trafik. Frame TDD ini terdiri dari frame header, downlink subframe, transition gap dan uplink subframe. Salah satu kelebihan TDD dalam penerapan QoS adalah penentuan profile dari burst single carrier- modulation, seperti pemilihan parameter transmisi, tipe modulasi dan coding, dapat dilakukan sendiri – sendiri pada masing – masing SS.

Minggu, 10 Januari 2010

Jaringan Lokal Akses Fiber Optik

Selama ini fiber hanya dipakai untuk transmisi antar sentral, sebagai jaringan backbone, dan digunakan untuk komunikasi jarak jauh. Lalu mulai dikembangkanlah suatu jaringan local bahkan sampai ke terminal pelanggan dengan media fiber. Sistem transmisi fiber optik yang digunakan pada jaringan local tersebut dinamakan Jaringan Lokal Akses Fiber (Jarlokaf). Jarlokaf merupakan sebuah solusi strategis bagi jaringan akses pelanggan. Namun, ketepatan dalam segi perencanaan dan operasional, serta pemilihan arsitektur dan teknologi jaringan yang digunakan akan sangat mempengaruhi kesuksesan kegiatan operasi, perawatan, efektivitas investasi, serta kemudahan pengembangan jaringan dan layanan jasa. Ruang lingkup Jarlokaf berdasarkan lebar pita, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu narrowband dan broadband. Narrowband, dengan transmisi kurang dari 2 Mbps, mampu memberikan layanan voice (telepon). Broadband, dengan transmisi diatas 2 Mbps, dapat memberikan layanan yang lebih beragam seperti voice, data, dan citra, baik diam maupun bergerak.

Arsitektur Jaringan Fiber Optik Secara Umum

Sistem JARLOKAF setidaknya memiliki 2 buah perangkat opto elektronik, yaitu satu perangkat opto elektronik di sisi sentral dan satu perangkat opto elektronik di sisi pelanggan. Lokasi perangkat opto elektronik di sisi pelanggan selanjutnya disebut Titik Konversi Optik (TKO). Secara praktis TKO berarti batas terakhir kabel optik ke arah pelanggan yang berfungsi sebagai lokasi konversi sinyal optik ke sinyal elektronik.


Fiber To The Building (FTTB)

TKO terletak di dalam gedung dan biasanya terletak pada ruang telekomunikasi basement. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor. FTTB dapat dianalogikan dengan Daerah Catu Langsung (DCL) pada jaringan akses tembaga.


Fiber To The Zone (FTTZ)

TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet maupun manhole. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa kilometer. FTTZ dapat dianalogikan sebagai pengganti RK



Fiber To The Curb (FTTC)

TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet, di atas tiang maupun manhole. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa ratus meter. FTTC dapat dianalogikan sebagai pengganti KP.


Fiber To The Home (FTTH) TKO terletak di rumah pelanggan. Dari gambar dibawah ini keberadaan kabel tembaga dapat dihilangkan sama sekali, sehingga keterbatasan kemampuan dalam menyediakan bandwidth yang lebar dan interferensi tidak akan terjadi.

Teknologi Jaringan Fiber Optik

Teknologi JARLOKAF adalah teknologi yang sedang berkembang sehingga berbagai metoda transmisi dimungkinkan untuk diterapkan dan relatif masih terbatas jumlah implementasinya dilapangan. Teknologi Jarlokaf yang saat ini sudah berkembang dangan baik antara lain: DLC (Digital Loop Carrier), PON (Passive Optical Network), dan AON (Active Optical Network) dan HFC (Hybrid Fiber Coax). DLC, PON dan AON, merupakan teknologi jarlokaf dan dapat terintegrasi dengan copper pair, sedangkan HFC merupakan teknologi jarlokaf yang terintegrasi dengan coaxial.


Jenis konfigurasi dasar yang dimiliki antara DLC dan PON/AON mempunyai perbedaan dimana pada DLC konfigurasi dasarnya point to point, berbeda dengan PON/AON yang berkonfigurasi point to multipoint yaitu hubungan dari titik ke banyak titik. Untuk layanan DLC sendiri masih terbatas dan belum mampu mensupport transmisi data dengan high bit rate. Teknologi AON menggunakan spliter aktif yaitu Active Splitting Equipment (ASE) atau biasa disebut active splitter (AS). ASE pada AON berfungsi untuk mendistribusikan informasi dari dan ke OLT, dari satu atau lebih ONU, dengan kapasitas sebagai multiplexer/demultiplexer serta sebagai intermediate regenerator (penguat), sehingga spliter pada AON bersifat aktif. Adapun perbedaan lainnya adalah pada tipe jenis jasa yang diberikan oleh masing-masing teknologi


Pemilihan teknologi JARLOKAF harus memperhatikan beberapa kriteria antara lain :

1. Jenis jasa dan kapasitas.

2. Kemudahan O&M.

3. Konfigurasi dan kehandalan sistem (reliability).

4. Kompatibilitas antarmuka dan sesuai standard (compatibility).

5. Tidak mudah usang dan dijamin produksinya.

6. Biaya efektif.

7. Tahapan pembangunan dan pengembangan dari teknologi JARLOKAF.

Terdapat teknologi yang digunakan untuk mentransmisikan jasa interaktif yang merupakan layanan telekomunikasi dua arah. Pada Space Division Multiplexing (SDM) skema transmisinya disebut Simplex, yaitu sinyal kirim dan sinyal terima dikirim melalui serat optik yang berbeda sehingga dibutuhkan dua buah serat optik, tetapi panjang gelombang yang digunakan cukup satu. Kemudian pada Wavelength Division Multiplexing (WDM) skema transmisinya disebut Full-Duplex, yaitu digunakannya panjang gelombang yang berbeda untuk sinyal kirim dan sinyal terima, sehingga proses sinyal dapat dilakukan secara bersamaan dalam satu serat optik. Teknologi multiplex yang lainnya adalah Time Division Multiplexing (TDM). Skema transmisi dari TDM disebut Half-Duplex, yaitu sinyal kirim dan sinyal terima dikirim pada waktu yang berbeda secara bergantian, sehingga dapat menggunakan panjang gelombang yang sama dan hanya membutuhkan satu serat optik.

Sistem Komunikasi Wireless Optik Jarak Jauh dan Jarak Dekat

Berdasarkan jarak yang ditempuh, sistem transmisi wireless optik dapat dibedakan menjadi jarak jauh dan jarak dekat. Kedua jenis sistem ini memiliki dasar yang sama hanya memiliki perbedaan mendasar antara lain pada rugi-rugi atmosfer. Rugi-rugi atmosfer ini memiliki pengaruh yang kecil untuk sistem jarak dekat bahkan tidak memberikan pengaruh untuk sistem indoor. Power budget hampir seluruhnya ditentukan oleh daya pancar transmitter, free space loss, dan sensitivitas penerima.

a.Sistem Komunikasi Wireless Optik Jarak Jauh

Komunikasi wireless optik akan sangat dipengaruhi oleh redaman atmosfer dan fading pada jarak yang relatif jauh, misalnya 500 meter. Sistem transmisi jarak jauh harus memiliki system power budget yang baik untuk menjamin transmisi error free khususnya apabila sistem ini akan menggunakan transmisi kecepatan tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mengatur konfigurasi masing-masing komponen yaitu pemancar, jalur propagasi dan penerima. Untuk menghasilkan power budget yang baik, sistem jarak jauh dapat menggunakan semikonduktor laser 3B yang dapat menghasilkan daya pancar sekitar 100 mW (+20 dBm). Standart safety merekomendasikan bahwa sistem tersebut harus ditempatkan sehingga pancaran tidak dapat diganggu ataupun dilihat langsung oleh manusia. Sumber dengan daya pancar yang lebih lemah dapat digunakan dengan menambahkan erbium doped fiber amplifier (EDFA) untuk menghasilkan daya di penerima yang sama.

Power budget yang baik menghendaki rugi-rugi propagasi keseluruhan yang minimal sehingga sistem jarak jauh mengharuskan terbentuknya jalur line of sight antara pemancar dan penerima. Sensitivitas penerima merupakan salah satu faktor penting dalam sistem jarak jauh dalam menentukan power budget. APD banyak digunakan pada sistem jarak jauh karena memiliki sensitivitas yang lebih baik dibandingkan dengan PIN photodiode serta dapat mencapai jarak yang lebih jauh lagi. Sistem komunikasi optik jarak jauh sangat ditentukan oleh rugi-rugi atmosfer sepanjang jalur propagasi yang terdiri dari free space loss, clear air absorption, hamburan dan pembiasan. Free space loss menunjukkan perbandingan daya yang dipancarkan terhadap daya yang diterima pada apertur penerima. Clear air absorption adalah proses kenaikan window transmisi dengan rugi-rugi rendah yang berpusat pada panjang gelombang 850 nm, 1300 nm, dan 1550 nm. Proses ini identik dengan absorption loss pada fiber optic sehingga perangkat optoelektronik yang sama dapat digunakan.

Hamburan dan pembiasan antara lain diakibatkan oleh hujan, kabut, dan yang memberikan efek redaman terhadap daya yang dipancarkan. Performa komunikasi optik terburuk terjadi pada musim dingin karena meratanya hujan, kabut, dan salju yang tinggi. Kendala lain yang muncul link wireless optik jarak jauh dengan pemancar dan penerima yang diletakkan pada bangunan yang tinggi adalah goncangan bangunan yang diakibatkan oleh angin atau gempa yang dapat mempengaruhi pancaran. Masalah ini dapat diatasi dengan dua macam cara yang berbeda yaitu beam divergence dan active tracking. Dengan beam divergensi, berkas pancar disebar sehingga ketika tiba di link penerima, beam ini membentuk kerucut optic yang cukup besar. Bergantung pada desain produk, pada umumnya penyebaran berkas mencapai sudut 3-6 miliradian dan memiliki diameter 3-6 meter setelah menempuh jarak 1 kilometer. Bila penerima terletak pada pusat pancaran, penyebaran tersebut dapat berkompromi dengan error.

b. Sistem Komunikasi Wireless Optik Jarak Dekat

Sistem jarak dekat memilki prinsip yang sama dengan sistem jarak jauh akan tetapi memiliki parameter-parameter yang berbeda dalam penentuan kinerja sistem. Sistem jarak dekat ini biasanya memiliki jarak antara pemancar dan penerima kurang dari 500 meter. Berdasarkan tempat propagasi, sistem transmisi optic pada jarak dekat dapat dibedakan menjadi komunikasi indoor dan outdoor.

1 Sistem Komunikasi Wireless Optik Outdoor

Sistem jarak dekat outdoor dapat digunakan untuk menyampaikan link kapasitas tinggi antara bangunan yang berdekatan, dengan memanfaatkan pemancar kelas 3B yang berdaya tinggi sehingga power budget yang baik dapat diterapkan. Kekomplekan sistem keseluruhan dan biaya yang diperlukan untuk sistem jarak dekat jauh lebih kecil dibandingkan sistem jarak jauh karena tidak memerlukan automatic aligment dan tracking. Hal ini disebabkan sistem jarak dekat memiliki rugi-rugi yang lebih kecil sehingga lebih toleran terhadap berkas pancar yang lebih lebar.


2 Sistem Komunikasi Wireless Optik Indoor

Komunikasi pada sistem indoor dapat dibentuk antara perangkat komunikasi portabel seperti laptop, personal digital assistants ataupun telepon portable dengan base station yang biasanya terhubung ke jaringan lain melalui komputer. Sistem indoor memiliki prinsip yang tidak jauh berbeda dengan sistem outdoor akan tetapi pada prakteknya desain sistem ini sangat berbeda. Sistem ini harus memenuhi eye safety kelas 1 pada tabel yang sudah diberikan di atas sehingga sumber optik yang digunakan sebagian besar adalah LED. Penggunaan laser pada sistem indoor memiliki kesulitan untuk menghasilkan power budget yang baikl karena tidak dapat menggunakan daya pancar yang tinggi. Sistem indoor menghasilkan performa yang lebih baik dengan menggunakan LED sebagai sumber cahaya karena dapat memancarkan daya yang lebih tinggi dan masih tetap dalam daerah safety kelas 1. hal ini disebabkan LED bukan merupakan sumber titik sebagaimana laser, LED merupakan sumber yang memiliki area tertentu sehingga apabila dibentuk image di retina mencakup daerah yang luas sehingga daya didifuskan.

Teknologi Jaringan Fiber Optik

Teknologi Jarlokaf adalah teknologi yang sedang berkembang, berbagai metode transmisi dimungkinkan untuk diterapkan namun jumlah implementasinya masih relatif terbatas di lapangan. Teknologi jarlokaf yang merupakan teknologi yang telah dikenal di dunia, yang dibahas dalam teori penunjang ini antara lain :

· DLC ( Digital Loop Carrier )

· PON ( Passive Optical Network )

· AON ( Active Optical Network )

Terdapat teknologi lain yang tidak dibahas, yaitu HFC ( Hybrid Fiber Coax ), namun mengingat trend perkembangan optik mengarah pada transmisi full optik ( tanpa melibatkan peran pure - coax ), maka yang dibahas lebih lanjut adalah PON yang dasar teknologinya mengutamakan jalur transmisi optik hingga bagian terjauh sentral. Perencanaan jaringan dengan arsitektur FTTx dengan jaringan full optik, mengintegrasikan teknologi optik yang sudah ada di Indonesia, yaitu DLC atau PON, sementara AON meskipun baru sebagai wacana, tetapi merupakan trend transmisi full optik yang ideal untuk perencanaan FTTH. Ruang lingkup Jarlokaf berdasarkan lebar pita, dibedakan menjadi dua. Pertama narrow band, dengan transmisi kurang dari 2 Mbps, mampu memberikan layanan voice, data, dan citra baik diam antara lain :

· Jenis jasa dan kapasitas

· Kemudahan operational & Maintenance ( Pengoperasian dan Perawatan )

· Konfigurasi dan kehandalan sistem ( reliability )

· Kompatibilitas antarmuka dan sesuai standard ( compatibility)

· Biaya tidak mudah usang dan dijamin produksinya.

· Biaya Efektif

Beberapa teknologi Jarlokaf yang sudah dikembangkan, diurut berdasarkan jumlah implementasi terbanyak beserta kapasitas sistem Jarlokaf, ditunjukan pada tabel dibawah ini :


Digital Loop Carrier (DLC)

Teknologi DLC merupakan hasil teknologi PCM-30 pada sistem jaringan pelanggan. Teknologi ini memiliki dua perangkat utama yaitu di sisi sentral (CT) dan di sisi pelanggan (RT). DLC merupakan perangkat yang memultiplexing sinyal keluaran dari sentral dengan kecepatan 64 kbps menjadi sinyal dengan kecepatan 2 Mbps di sisi pelanggan. Jika dibentuk jaringan local tersendiri maka diperlukan dua DLC yang identik yaitu di bagian sisi sentral dan sisi pelanggan. Konfigurasi DLC terdiri dari:

a. Pada sisi sentral (Exchange DLC Unit) terdiri dari:

- Perangkat DLC mengandung konverter analog ke digital dan orde pertama multiplexer (PM).

- Multiplexer orde tinggi (HOM) menyediakan antarmuka di sisi sentral yang berfungsi untuk multiplexing sinyal keluaran dari perangkat DLC (2 Mbps) dan mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal optik.

b. Pada sisi pelanggan (Remote DLC Unit) terdiri dari:

Perangkat DLC mengandung konverter analog ke digital dan orde pertama multiplexer (PM).

- Multiplexer orde tinggi (HOM) menyediakan antarmuka di sisi pelanggan yang berfungsi mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik oleh OLTE dan melakukan demultiplexing ke sinyal 2 Mbps. Antara RT-DLC ke pelanggan dihubungkan melalui kabel tembaga. Jarak antara CT-DLC ke RT-DLC adalah sampai 30 km untuk daya sedang. Untuk daya rendah 10 km dan untuk daya tinggi 60 km.


Sistem DLC bisa digunakan untuk konfigurasi star karena memiliki hubungan kabel fiber optic dari sisi sentral ke sisi pelanggan sebagai hubungan ke setiap titik. Namun DLC dapat digunakan juga dengan konfigurasi ring, dengan menggunakan transmisi SDH.

konfigurasi dlc.jpg

Fungsi bagian Penyusun DLC (mengacu PPJT-KAF ver1.0) adalah sbb:

· Jarlokaf dengan topologi point-to-point (Single star)

· Terdiri dari dua perangkat utama:

CT (Central Terminal) di sisi sentral, dan

RT (Remote terminal) di sisi pelanggan



· Fungsi CT adalah :

Interfacing dengan sentral lokal

Multiplexer/Demultiplexer

Crossconnect dan Controller

Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE)



· Fungsi RT adalah :

Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE)

Multiplexer/Demultiplexer

Interfacing dengan pelanggan



· DLC pada umumnya digunakan untuk pelanggan yang terkonsentrasi atau untuk gedungbertingkat (high rise building)

AON ( Optical Network Unit )

Teknologi AON mirip dengan teknologi PON, hanya saja perbedaan keduannya terletak pada splitter yang digunakan. PON menggunakan splitter pasif, sedangkan AON menggunkan splitter aktif yaitu Acttive Splitting Equipment ( ASE) atau lebih singkat Active Splitter ( AS). Pada titik percabangan, ASE mempunyai 2 ODN, yaitu primary ODN dan secondary ODN. ASE pada AON berfungsi untuk mendistribusikan informasi dari dan ke OLT, dari satu atau lebih ONU, dengan Kapasitas sebagai multiplexer/ demultiplexer serta sebagai intermediate regenerator, inilah mengapa splitter pada AON bersifat aktif.

Keuntungan yang didapatkan dengan sistem AON adalah :

· Biaya infrastruktur yang felatif murah untuk jangka panjang

· Cakupan daerah pelayanan yang relative lebih luas dibandingkan dengan sistem copper /

tembaga

· Daerah cakupan yang luas, bisa dilayani dengan didistribusi yang merata. Bagi pelanggan yang terletak jauh dari node ( rumah gardu), ASE memberikan daya optik yang lebih besar, sehingga layanan yang diberikan untuk semua pelanggan relative sama.

· Dapat menempuh jarak yang jauh, lebih jauh daripada PON

Teknologi PON ( Passive Optical Network )

PON adalah bentuk khusus dari FTTC atau FTTH yang mengandung perangkat optic pasif dalam jaringan distribusi optik. Perangkat optik pasif yang dipakai adalah konektor, passive splitter dan kabel optik itu sendiri. Dengan passive splitter kabel optik dapat dipecah menjadi beberapa kabel optik lagi, dengan kualitas informasi yang sama tanpa adanya fungsi addressing dan filtering. Dalam PON terdapat tiga komponen utama yaitu Optical Line Terminal (OLT), Optical Distribution Network (ODN) dan Optical Network Unit (ONU). Keluaran dari OLT ditransmisikan melalui ODN yang menyediakan alat alat tramsmisi optik mulai dari OLT sampai pelanggan. ONU menyediakan interface pada sisi pelanggan dari Distribution Point (DS ) dan dihubungakan dengan ODN. Teknologi PON pada dasarnya adalah teknologi untuk hubungan point to multipoint, dan topologi ini sesuai untuk melayani kelompok pelanggan yang letaknya terpisah, dengan hanya menambah perangkat ONU di lokasi pelanggan. Metode akses yang digunakan pada PON salah satunya adalah TDM/ TDMA (Time Division Multiplexing/ Time Division Multiplexing Access). Pada arah downstream, sinyal TDM dari OLT memuat semua informasi pelanggan dalam slot yang ditentukan dan disebarkan ke semua ONU yang terhubung oleh OLT.

Tiap ONU hanya mengakses pada slot yang telah ditentukan untuk transmisi. Karena semua informasi downstream disebarkan ke semua ONU, seperti pengamanan sinyal, dengan encryption. Pada arah sinyal optik upstream dari setiap ONU ditransmisikan secara sinkron dengan metoda TDMA untuk menghindari tabrakan, karena jarak antara OLT dan semua ONU berbeda beda. Sedangkan panjang gelombang yang digunakan untuk downstream dan upstream pada daerah 1260 nm dan 1360 nm sesuai dengan rekomendasi ITU-T G 957. Metoda lain yang digunakan adalah SDM (Space Division Multiplexing ) dan WDM ( Wavelength Division Multiplexing), tergantung dari sistem yang digunakan, apakah simplex, half duplex, atau full duplex. Untuk WDM transmisi dua arah dapat dilakukan tanpa memerlukan serat tambahan dan tidak meningkatkan bit rate pada saluran, dengan menggunakan sinyal pada panjang gelombang yang berbeda, seperti panjang gelombang 1310 nm dan 1550 nm. Sistem PON terdiri dari perangkat OLT yang dihubungkan dengan sentral lokal ( local exchange ), saatu atau lebih perangkat ODN

OTDR (Optical Time Domain Reflectometer)

OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu serat optik pada domain waktu. OTDR dapat menganalisis setiap dari jarak akan insertion loss, reflection, dan loss yang muncul pada setiap titik, serta dapat menampilkan informasi pada layer tampilan.



Mekanisme Kerja OTDR



Umumnya mekanisme kerja OTDR adalah sebagai berikut :

1. Sinyal-sinyal cahaya dimasukkan ke dalam serat optik.

2. Sebagian sinyal dipantulkan kembali dan diterima oleh penerima.

3. Sinyal balik yang diterima akan dinyatakan sebagai loss.

4. Waktu tempuh sinyal digunakan untuk menghitung jarak.



Berdasarkan mekanisme kerja di atas dapat ditentukan beberapa parameter yang dapat diukur pada OTDR salah satunya yaitu :



1. Jarak Dalam hal ini titik lokasi dalam suatu link, ujung link atau patahan.



2. Loss Loss untuk masing splice atau total loss dari ujung ke ujung dalam suatu link.



3. Atenuasi Atenuasi dari serat dalam suatu link. 4. Refleksi Besar refleksi (return loss) dari suatu event.



Fungsi OTDR



Beberap fungsi yang dapat dilakukan oleh OTDR yaitu :



1. Mengukur Loss per satuan panjang. Loss pada saat instalasi serat optik mengasumsikan redaman serat optik tertentu dalam loss per satuan panjang. OTDR dapat mengukur redaman sebelum dan setelah instalasi sehingga dapat memeriksa adanya ketidaknormalan seperti bengkokan (bend) atau beban yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :



X [dBW] = A [dB] – α . L [dB}



X = Besarnya daya untuk jarak



L A = Daya awal yang diberikan OTDR ke serat optik untuk OTDR mini,



Amax adalah 31



dBW α = Redaman (dB/km)

L = Panjang Sehigga dengan membaca grafik X dan L, akan didapat α (redaman), dan dengan membandingkannya dengan loss budget akan dapat disimpulkan apakah telah terjadi ketidaknormalan.



2. Mengevaluasi sambungan dan konektor Pada saat instalasi OTDR dapat memastikan apakah redaman sambungan dan konektor masih berada dalam batas yang diperbolehkan.



3. Fault Location Fault seperti letaknya serat optik atau sambungan dapat terjadi pada saat atau instalasi atau setelah instalasi, OTDR dapat menunjukkan lokasi faultnya atau ketidaknormalan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat jarak terjadinya end of fiber pada OTDR, jika kurang dari jarak sebenarnya maka pada jarak tersebut terjadi kebocoran/ kerekatan (asumsi set OTDR benar). End of fiber pada OTDR ditandai dengan adanya daya <3 dB (dapat disesuaikan dengan menset) yang berfluktuasi. OTDR, pulse width, disperse, rise time merupakan domain waktu, sedangkan bandwidth, merupakan domain frekuensi.



Istilah Pada OTDR

Adapun beberapa istilah yang perlu diketahui dalam pengukuran yaitu :



a. Dead zone Daerah pada serat optik dimana perubahan daya terjadi tidak secara linier, dan hal ini tidak dapat dianalisis. Panjang dead zone ini biasanya untuk serat optik yang ada di pasaran adalah 25 m. Pada OTDR, grafiknya akan terlihat seperti lonjakan daya sesaat pada awal serat optik.



b. Dynamic Range Panjang (jangkauan) maksimum yang dapat ditampilkan oleh OTDR pada sumbu horizontal.

c. Even Zone Daerah dimana dua kejadian akan terdeteksi sebagai satu kejadian.

d. End of Fiber Merupakan ujung dari fiber optik.

DECT (Digital European Cordless Telecommunication)

Konsep Dasar DECT

DECT (Digital European Cordless Telecommunication) merupakan salah satu standar telekomunikasi wireless yang dikembangkan oleh European Telecommunications Standards Institute (ETSI) dan European Conference of Post and Telecommunications (CEPT). Saat ini DECT menjadi standar utama bagi teknologi telekomunikasi wireless di Eropa dan negara pemakai lainnya. Spesifikasi umum dari sistem DECT ini tampak pada tabel 2.1.

spesifikasi dect.jpg


Arsitektur DECT

Secara OSI (Open System Interconnection) DECT mempunyai arsitektur serupa dengan ISDN. Suatu control plane (C-plane) dan user plane (U-plane) menggunakan layanan yang disediakan oleh layer di bawahnya (physical layer maupun medium access control (MAC)). DECT menggunakan pengalokasian kanal dinamik berdasarkan sinyal yang diterima user dan hanya mendukung handoff pada kecepatan orang berjalan. Kelebihan lainnya ialah kemampuan untuk melayani pelanggan tanpa perlu mengetahui lokasi sel nya dan kemampuan untuk diinterkoneksikan dengan jaringan wide area wireless lain seperti GSM. DECT terdiri dari empat lapis protokol yang digunakan sebagai protocol pensinyalan. Struktur lapis DECT yang digunakan untuk protokol komunikasi

a. Layer fisik (PHL)

DECT menggunakan metoda akses FDMA/TDMA/TDD. Secara FDMA DECT terdiri dari sepuluh frekuensi pembawa yang akan dipilih salah satunya dengan seleksi dinamik. Sesuai dengan persyaratan layer fisik, DECT mempunyai bandwidth kanal sebesar 1,728 MHz, yaitu 1,2 kali data rate kanalnya sebesar 1152 kbps. Secara TDMA DECT mempunyai 24 timeslot per frame, yang secara TDD dibagi dua, yaitu untuk komunikasi base to handset sebanyak 12 timeslot dan 12 timeslot sisanya untuk komunikasi handset to base. Struktur lengkap frame TDMA DECT ini tampak pada gambar 3.2.

b. Layer MAC

Layer MAC terdiri dari kanal paging dan kanal kontrol untuk pertukaran informasi signaling ke C-plane. Sedangkan U-plane dilayani dengan bit rate normalnya sebesar 32 kbps. Sedangkan untuk ISDN dan aplikasi LAN digunakan 64 kbps atau kelipatan 32 kbps lainnya. Layer MAC juga mendukung handover dan penyiaran “beacon”idle mencari fixed radio port terbaik untuk diakses. dengan kanal khusus untuk pertukaran informasi user yang memungkinkan seluruh unit portabel

c. Layer DLC

Layer DLC bertanggung jawab menyediakan link data yang andal untuk layer network dan membagi kanal logis dan kanal fisik menjadi timeslot untuk tiap user. DLC juga menyediakan formatting dan error protection/correction untuk tiap timeslot.

d. Layer Network

Layer network adalah layer signaling utama dari DECT dan didasarkan atas protokol ISDN (layer 3) dan GSM. Layer inicall control dan layanan circuitswitched yang dipilih dari salah satu layanan DECT, sebagaimana juga layanan connection-oriented message dan mobility management. menyediakan


Konfigurasi DECT

Standar DECT memungkinkan antarmuka udara diakses oleh berbagai perangkat dari manufaktur yang berbeda. Berikut ini adalah fungsi dari masing-masing perangkat pada gambar di atas:

• Local Exchange (LE) : menjalankan fungsi-fungsi switching, routing serta mengolah data-data pelanggan termasuk didalamnya charging dan billing.

• Controller : selain berfungsi untuk mengendalikan RFP, juga berfungsi sebagai penghubung antara Jarlokar dengan LE dan sebagai antarmuka dengan terminal OA&M.

• Radio Fixed Part : berfungsi sebagai base station. RFP memiliki kemampuan untuk menerima dan memancarkan sinyal informasi dan signalling dari dan ke CTA disamping mempertahankan hubungan radio.

• Cordless Terminal Adapter : memiliki kemampuan untuk mengakses antarmuka udara DECT dan dapat mendukung layanan ISDN. Interface pada DECT :

a. Interface antara LE dengan FP (I/F1), menghubungkan jaringan akses DECT dengan jaringan telepon publik (PSTN). Interface ini digunakan untuk membawa informasi antara controller dengan LE berdasarkan layanan yang diakses oleh pengguna RLL. Interface yang digunakan pada I/F1 yaitu dapat berupa saluran analog atau saluran digital 2Mbps misalnya V.5.1 atau V.5.2.

b. Radio Interface (I/F3), interface udara yang digunakan untuk menghubungkan CTA dengan FP menggunakan standar DECT, dan disinilah dapat ditunjukkan karakteristik utama lapisan fisik dari sistem DECT. Interface ini digunakan untuk membawa informasi yang berhubungan dengan call control, manajemen radio resource, manajemen mobilitas, pesan OA&M.

c. Interface antara CTA dengan terminal (I/F4), digunakan untuk membawa informasi sehingga dapat diakses sesuai dengan layanan yang digunakan. Menggunakan saluran analog 2 kawat pada frekuensi suara (voice).

d. Interface OA&M, digunakan untuk membawa informasi yang berhubungan dengan konfiigurasi, unjuk kerja, dan manajemen sistem RLL. Untuk menghubungkan OA&M dengan FP menggunakan koneksi TCP/IP dengan V.24.
TATA TULIS KARYA ILMIAH © 2008 Template by:
SkinCorner